Semuanya berawal dari ketika aku berkenalan dengan laki-laki ini. Hidupku jadi banyak tertawa, banyak bercanda. Sebenarnya itu malah jadi tidak baik, karena belakangan aku dikritik oleh bosku jadi kurang serius. Oh my god…please forgive all my sins. Dia tipe orang yang santai, living his life as simple as he can, males yang ribet-ribet, slenge’an. Sedangkan aku adalah tipe orang yang complicated, pemikir, hobi bikin masalah yang aslinya simpel jadi ruwet, stubborn. Wow…kau lihat betapa banyak persamaan yg kami punya? Hehehe…
Kemudian takdir melakukan tugasnya. We have share a lot of jokes, a lot of laughs, a lot of stories. Kami juga berbagi perasaan-perasaan yang selama ini ku pikir tak ada yang bisa memahaminya. And then…I fell in love with him. Dan aku takkan berani jatuh cinta klo aku tak melihat sinyal yg sama darinya. Layaknya orang jatuh cinta, hatiku berkembang-kembang, di pikiranku hanya ada dia. I was crazy about him. Saking gilanya, selat pun aku sebrangi. But cupid still stupid, meski sudah berabad-abad dia ada, if he was exist. Ternyata dia hanya mau berteman denganku. Apa yang ada dalam diriku tak cukup untuk membuatnya menjadikanku pelabuhan terakhirnya. Patah hati? Definitely yes. Tapi bukan patah hati jaman muda dulu, mengurung diri di kamar, gak mau makan berhari-hari. No…sudah bisa lebih realistis sekarang. Cinta tak bisa dipaksakan. I respect his right not to have a special relationship with me like I respect other’s right to dislike chocolate because they don’t want to get fat.
Forgive me, sunshine. Maafkan jika luapan perasaanku selama ini ternyata membebanimu.
Tuhan sangat baik karena telah mempertemukanku dengannya, seorang yang luar biasa. Well…tak bisa mencintainya sebagai kekasih bukan berarti tak bisa mencintainya sebagai teman kan? Jadi ingat salah satu quote Pak Mario Teguh di Facebook,
Berapa banyak teman yang akhirnya berujung menjadi kekasih? Tapi berapa banyak kekasih yang akhirnya berujung sebagai sahabat?
Hehehe…jika boleh memilih, mending aku pilih yang kedua. Karena artinya mereka berdua adalah sepasang manusia yang menyadari bahwa cinta adalah sesuatu yang tak bisa dipaksakan. Cinta tak harus memiliki, cinta tak pernah egois.