Friday 21 January 2011

kegilaan nomer 29

“Akhirnya aku nyampe juga di sini!!!”, kataku sendiri saat feri sudah merapat di pelabuhan. Seorang teman baik berkata, inilah bentuk kegilaan nomer 29. Apa namanya jika seseorang pergi menyeberangi selat, by her self, hanya untuk bertemu dengan seseorang yang dikasihinya kalau bukan edan namanya. Hahaha…hidup hanya sekali, maka nikmati saja, teman.
Aku pergi ke sana untuk menenangkan diriku sendiri, menemukan jawaban dari semua pertanyaanku selama ini. Aku bukanlah seseorang yang pandai merangkai kata-kata indah yang bisa mencerminkan perasaanku. Maka aku datang padanya dengan membawa kasih sayangku, agar dia tahu sendiri bagaimana rasa yang ku punya.
Ku nikmati hari-hariku bersamanya. Senyumnya, tawanya, sewotnya, kegilaannya, kegelisahannya. Semua ku rekam dalam ingatanku, karena aku tidak tahu apakah saat-saat seperti ini bisa terulang lagi.
Saat malam tiba, dan hanya ada kami berdua, ingin ku bisa berkata, “bagilah apapun beban yang kau rasakan saat ini, sayangku”. Tapi dia masih berkeras melindungi kegelisahannya. Dan aku hanya bisa menatap punggungnya saja.
3 hari berlalu dengan cepat dan aku harus pergi. Sampai saat terakhir, dia tetap memperlakukanku dengan baik. Sementara aku hanyalah seorang perempuan biasa, harapan itu kembali muncul setelah sempat redup. Aku pergi dari tempat ini dengan membawa senyuman dan kenangan.
Saat tiba di rumah, tiba-tiba aku tersadar. Aku masih harus memastikan bahwa semua itu memang benar-benar sebuah kenyataan ataukah hanya mimpi. Jika sekedar mimpi, maka aku harus bangun secepatnya. Karena masih banyak petualangan yang menantiku di depan.
Ya…ternyata semua hanyalah sebuah mimpi yang lain. Mimpi yang benar-benar indah. It’s fine. Karena kini akhirnya aku tahu bahwa aku bisa mencintai seseorang. Tapi aku masih ingin menantang diriku sendiri untuk mencintainya dengan tulus. “Bisakah kau merasakan unconditional love, Mc? Sanggupkah kau untuk tak menuntut apapun darinya? Puaskah kau hanya dengan mencintainya saja, tanpa mengharap he will loves you back?”
Hahahaha…kau memang keras kepala, Mc. Hukum rimba masih tetap berlaku lo ya, yang namanya resiko selalu ditanggung penumpang. Seorang teman pernah berkata, “Be wise, Mc. Be careful with your own heart.” I know, pal. Aku berhak untuk mencintainya seperti halnya dia berhak untuk memilih sendiri (mungkin bahkan akhirnya memilih jadi biksu). God knows. And I believe in Him ^^

2 comments:

  1. Cinta oh Cinta ceritamu tiada akhirrrr
    Cinta oh Cinta kau buat segalanya mungkin
    Cinta oh Cinta kau ubah kewarasan menjadi kegejean
    Cinta oh cinta kau ubah orang ini jadi romantis begini
    Cinta oh cinta... halahhh!!! Fuihhh

    ReplyDelete
  2. hahahahahaha...

    another chapter of mc wink. kenang2an utk ku bagi dg anakku nanti.

    "'le...'nduk...mbokmu ini waktu muda dulu pernah nggilani poll."

    wakakakakak...

    ReplyDelete